ANALISIS ARTIKEL PERFORMANCE ASSESSMENT
PERMASALAHAN DAN SOLUSI YANG DITAWARKAN
Pembelajaran fisika membutuhkan penilaian operasional
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.
Indikator keterampilan berpikir kritis disusun secara sistematis untuk mengkonstruksi
pengetahuan peserta didik dan melatih berpikir kritisnya selama proses pembelajaran. Selain
itu, peserta didik mengintegrasikan sains, teknologi, teknik dan matematika dalam proses
pemecahan masalah fisika. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk mengembangkan
penilaian kinerja keterampilan berpikir kritis berbasis STEM dalam pembelajaran fisika.
METODE
Ini merupakan penelitian dan pengembangan menurut model R&D yang dikembangkan
oleh Borg& Gall (1983) dan dimodifikasi dengan menggunakan metode pengembangan
instrumen yang dikembangkan oleh Oriondo & Antonio (1984). Subyek penelitian adalah siswa dari beberapa SMA di Yogyakarta yang nilainya
dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan Hasil Ujian Nasional tahun
2015. Pemilihan sampel dilakukan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik rendah, sedang, dan tinggi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket,
observasi, tes dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data meliputi: (1) lembar
evaluasi instrumen validasi dan lembar evaluasi produk; (2) lembar respon guru dan
lembar respon peserta didik; (3) lembar evaluasi diri; (4) rubrik observasi; (5) lembar
kerja siswa dan rubrik raport; dan (6) instrumen tes keterampilan berpikir kritis. Sedangkan kelayakan produk dianalisis berdasarkan penilaian para ahli dan praktisi yaitu
dengan menghitung rata-rata teoritis dari kriteria pada setiap aspek penilaian yang
dikembangkan. Validitas isi instrumen tes dianalisis dengan menggunakan rumus Aiken's V.
Menurut Aiken (1985, p.139), kriteria rumus V Aiken yang harus dipenuhi untuk 7
penilai dan 4 angka penilaian adalah 0,67. Jika formula Aiken's V yang diperoleh dari
validitas isi instrumen tes keterampilan berpikir kritis lebih dari 0,67 maka instrumen
dinyatakan valid. Validitas empiris instrumen tes dihitung dengan menggunakan Partial Credit
Model (PCM). PCM adalah model penskoran politomus yang diturunkan dari model
Rasch pada data dikotomis. Reliabilitas instrumen tes diinterpretasikan berdasarkan koefisien Alpha Cronbach.
HASIL
Hasil tahap uji coba lapangan awal
menunjukkan bahwa ada beberapa kata dalam penilaian kinerja yang perlu
direvisi. Selanjutnya, tahap uji lapangan utama juga menghasilkan karakteristik
instrumen tes keterampilan berpikir kritis. Instrumen dinyatakan fit
menggunakan model PCM berbasis INFIT MNSQ dimana semua item berada pada rentang
0,77 hingga 1,30.
Koefisien reliabilitas adalah 0,81
dan tergolong “sangat tinggi”. Tingkat kesukaran tiap butir antara -0,60 dan
1,24 dengan rata-rata 0,0 dan standar deviasi 0,33. Tingkat kesukaran antara
-2,00 dan butir instrumen dinyatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik.
Instrumen tes tersebut layak untuk mengukur kemampuan siswa berkisar antara
-1,60 sampai 1,70 dalam skala logit.
Pada tahap uji lapangan utama,
data yang diperoleh dari reliabilitas lembar evaluasi berupa ICC dan alpha.
Koefisien alfa lembar evaluasi adalah 0,929 dan tergolong “sangat tinggi”;
koefisien alfa rubrik penilaian LKS adalah 0,982 dan tergolong “sangat tinggi”;
dan koefisien alfa rubrik penilaian laporan adalah 0,990 dan tergolong “sangat
tinggi”. Selain itu, hasil dari fase ini dikuatkan dengan respon positif siswa
dan guru terhadap pelaksanaan penilaian kinerja.
Hasil penelitian dan pembahasan
memberikan penjelasan tentang produk yang dikembangkan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penilaian unjuk kerja keterampilan berpikir kritis berbasis
STEM telah memenuhi karakteristik kelayakan yang diterapkan pada mata pelajaran
fisika SMA.
Comments
Post a Comment