ANALISIS ARTIKEL ASESMEN MISKONSEPSI FISIKA
Miskonsepsi yang dibawa oleh siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan konflik kognitif ketika membiarkan konsep atau fakta empiris baru (Kang et al., 2010; Labobar et al., 2017; Ramsburg & Ohlsson, 2016). Yang terpenting adalah siswa dapat frustrasi dan ekspektasi yang terganggu (Chen et al., 2019). Pembelajaran harus fokus pada menghilangkan miskonsepsi siswa, artinya guru harus mendapatkan diagnosis miskonsepsi sebelum melaksanakan pembelajaran (Ilyas & Saeed, 2018). Untuk melakukan pendekatan perubahan konseptual, guru harus memahami miskonsepsi dalam fisika, mulai dari proses diagnosis, penyebab, hingga proses remediasi (Gomez-Zwiep, 2008; Qian et al., 2019; Resbiantoro, 2016). Siswa menjadi malas belajar karena frustasi atau malas menggali ilmu lebih dalam karena terlalu percaya diri (harapan yang terganggu). Hal ini menjadi penghambat bagi siswa untuk membangun dan memperdalam pemahaman konsep dalam pembelajaran (Allen, 2014; Chen et al., 2019; Verkade et al., 2017). Lebih buruk lagi, miskonsepsi juga memiliki dampak kumulatif pada siswa, mulai dari pendidikan dasar bahkan hingga mereka memiliki tingkat keahlian tertentu (Chen et al., 2019; Potvin & Cyr, 2017), misalnya siswa tersebut telah menjadi guru. Lebih kritis lagi, miskonsepsi tersebut akan menular kembali kepada siswa, karena salah satu sumber miskonsepsi adalah guru (Arends, 2012; Resbiantoro & Nugraha, 2017; Skamp, 2012; Soeharto et al., 2019). Jika pemahaman konseptual siswa tidak benar, maka akan menghambat kemampuan untuk menemukan dan tidak dapat memecahkan masalah (Singh, 2007; Vosniadou, 2019).
METODE
Identifikasi dilakukan dengan mengeksplorasi berbagai database jurnal internasional, antara lain ScienceDirect, SpringerLink, Taylor & Francis Online, dan Wiley Online Library. Kategori waktu publikasi yang digunakan adalah 2005-2020. Kata kunci pencariannya adalah "miskonsepsi dalam fisika" dan "konsepsi alternatif dalam fisika". Semua hasil pencarian dikumpulkan ke dalam satu database untuk memfilter artikel duplikat. Hasilnya, diperoleh total 93 artikel jurnal dengan perincian: 39 di ScienceDirect, 26 di SpringerLink, 13 di Taylor & Francis Online, dan 15 di Wiley Online Library. Tahap selanjutnya adalah proses seleksi abstrak, 21 artikel non penelitian (review umum dan review buku) dihapus sehingga 72 artikel sisanya dibaca, dianalisis, dan diberi kode menggunakan program spreadsheet.
Pengkodean artikel didasarkan pada skema yang diadaptasi dari pendekatan sistematis untuk tinjauan literatur seperti Lee et al. (2009). Pakar di bidang tinjauan artikel, meta-analisis, dan pembelajaran fisika dilibatkan untuk memberi saran tentang kredibilitas dan kepercayaan proses pengkodean berdasarkan pendekatan ini. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber (reviewer) dan disepakati bersama. Para ahli mengaudit semua tahapan proses pengkodean.
HASIL
Comments
Post a Comment