REVIEW ARTIKEL

 


LATAR BELAKANG
Pada abad ke-21, perbaikan seluruh jenjang pendidikan menjadi isu pendorong untuk mempersiapkan peserta didik. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hasil dari proses pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir. Salah satu keterampilan yang dominan dilatih untuk mencapai tujuan pendidikan di abad ke-21 adalah keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif perlu dilatih melalui pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPA.

Pengajaran sains di Indonesia sebagian besar berfokus pada menghafal konsep-konsep sains. Pembelajaran sains hendaknya lebih menekankan aktivitas siswa melalui inkuiri dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian yang membuktikan bahwa pembelajaran inkuiri dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.

Llwellyn (2013) membagi inkuiri menjadi empat tingkatan. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, biasanya di kelas hanya diterapkan satu tingkat inkuiri dari empat tingkat yang tersedia. Faktanya, penerapan satu jenis inkuiri dalam satu kelas mempunyai kelemahan, yaitu tidak mengakomodasi tingkat perkembangan siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran yang mengakomodasi keberagaman tersebut sangat diperlukan.

Oleh karena itu, diperkenalkan model Differentiated Science Inquiry (DSI) yang menerapkan berbagai jenis inkuiri sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pembelajaran DSI, kelas dibagi menjadi empat kelompok besar berdasarkan kemampuan siswa, dari kemampuan rendah ke kemampuan tinggi. Selain inkuiri, untuk melatih kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan pembelajaran berbantuan mindmap. Pada pembelajaran sains, mindmap telah banyak direkomendasikan dan digunakan dalam berbagai cara untuk membantu guru dan siswa mengembangkan basis pengetahuan yang terorganisir pada topik tertentu di tingkat menengah. Maka dari itu, pembelajaran DSI yang diintegrasikan dengan mindmap ini diterapkan oleh peneliti untuk eksperimen.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan rancangan nonequivalent control group design pretest-posttest. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (DSI, DSIMM, dan konvensional) dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa. 

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 Sekolah Menengah Pertama di Kediri, Indonesia. Populasinya tersebar di 51 sekolah. Tiga sekolah dipilih secara acak sebagai sampel. Uji kesetaraan dilakukan pada sekolah terpilih. Tiga kelas penelitian dipilih secara acak dari kelas yang sama. Sampel yang dipilih adalah siswa SMP 2 Puncu yang merupakan kelompok kontrol dan diberi perlakuan dengan model konvensional. Kelompok eksperimen adalah siswa SMP 1 Ngadiluwih yang diberi perlakuan model DSI, dan siswa SMP 1 Papar yang diberi perlakuan model DSIMM. Setiap kelas ditugaskan 32 siswa sehingga jumlah sampel penelitian adalah 96 siswa (Perempuan = 48; Laki-laki = 48).

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini antara lain silabus, RPP, LKS, dan soal tes. Instrumen tersebut sebelumnya telah divalidasi oleh dua orang ahli/pakar IPA pendidikan dan dua orang praktisi pendidikan (guru IPA). Hasil validasi menunjukkan skor sebagai berikut: silabus 3,72 (valid), RPP 3,67 (valid), LKS 3,70 (valid), dan soal ulangan 3,95 (sangat valid). Uji reliabilitas juga dilakukan terhadap instrumen tes esai keterampilan berpikir kreatif. Uji reliabilitas melibatkan 96 siswa yang diminta menyelesaikan 12 soal yang telah divalidasi sebelumnya. Nilai siswa yang berjumlah 96 orang kemudian diuji menggunakan Cronbach's alpha. Uji reliabilitas menunjukkan skor sebesar 0,986 (reliabilitas sangat tinggi, dapat diterima).

ANALISIS
Skor berpikir kreatif pretest dan posttest diubah menjadi rentang 0–100. Kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data.  Uji hipotesis dilakukan dengan syarat sebaran data normal dan homogen. Analisis kovariat (ANCOVA) dilakukan untuk menganalisis (1) perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diajar dengan menggunakan tiga model pembelajaran yang berbeda: DSI, DSIMM, dan model konvensional; (2) perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara laki-laki dan perempuan; dan (3) perbedaan kemampuan berpikir kreatif akibat interaksi model pembelajaran dan gender.

HASIL
Analisis didahului dengan uji normalitas menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji persamaan variansi kesalahan Levene.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan kelompok data mempunyai varian yang homogen (sig normalitas dan homogenitas > 0,05). Berdasarkan uji prasyarat tersebut, data dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan ANCOVA. 

Hasil uji ANCOVA terhadap model pembelajaran diperoleh nilai F = 70,486 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi ketiga model pembelajaran berbeda. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan secara statistik dilakukan analisis post hoc menggunakan LSD terhadap model pembelajaran. Hasil uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan rerata skor keterampilan berpikir kreatif berdasarkan model pembelajaran. Berdasarkan notasi tersebut, siswa yang diajar menggunakan DSIMM memperoleh nilai keterampilan berpikir kreatif tertinggi dan berbeda secara signifikan dengan kelompok lainnya. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran DSI memperoleh skor kemampuan berpikir kreatif yang lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional.

NOVELTY
Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, biasanya hanya diterapkan satu tingkat inkuiri dari empat tingkat yang tersedia. Differentiated Learning Science Inquiry (DSI) menerapkan empat tingkatan inkuiri. Untuk melatih berpikir kreatif siswa, DSI dalam hal ini diintegrasikan dengan mindmap.



Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS ARTIKEL ASESMEN PENGUASAAN KONSEP